Belajar dari Tragedi "Sangge-sangge" Perhatikan 13 Hal yang Harus di Pelajari Sebelum dan Sesudah Menikah



SP- Curhatan sedih Calon pengantin Tika Romauli Siregar dan Windra Samuel Simangunsong ,
Tika menuliskan statusnya di Facebook yang kini menjadi Viral pada Kamis (5/10/2017).
Tika merasa tersinggung ketika calon mertuanya menilai pakaian yang dikenakannya saat bertunangan tidak layak, bukan hanya itu, calon mertua Tika juga menyinggung masalah perhiasan kalung yang dikenakannya, perhiasan yang dikenakan Tika dinilai terlalu kecil dan sama tipisnya dengan daun sangge-sangge (serai).
Dalam status Facebooknya, Tika menuliskan dia merasa bahagia tidak jadi menikah.
Dia menambahkan, tidak terbayang apa jadinya jika ia jadi menikah dengan calon suaminya.
Ia merasa bersyukur atas semua hal yang menimpanya.
Belajar dari pengalaman Tika, ada baiknya kamu memperhatikan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat sebelum dan sesudah menikah.ok Guys..
We all know that marriage is a lifetime negotiation. Ketika dua orang menjadi satu melalui ikatan pernikahan, pasti banyak bentuk adaptasi yang terjadi seiring hubungan berjalan. Rasanya sih, tidak mungkin ada pasangan yang selalu sepaham tanpa ada kerikil-kerikil di perjalanan.
If you don’t deal with that issue before marriage, then you’ll deal with it while you’re married.
Supaya sejak awal pernikahan kamu dan suami sudah memiliki cara pandang yang sama tentang tujuan berumah tangga dan cara menjalaninya, kuncinya sebenarnya terdengar sederhana: Komunikasi.
Faktanya, it’s not as easy as it may sound. Tapi dengan komunikasi yang dilakukan sebelum menikah, setidaknya kamu masih punya kesempatan untuk mengambil jalan tengah bila ada prinsip yang berbeda atau justru menjadi alert bila ternyata ada perbedaan yang sulit ditoleransi.
Guys pastikan anda menjawab dan memahami pertanyaan ini.ok

1. “Bagaimana pengelolaan keuangan rumah tangga?”
Poin ini disimpan di urutan pertama bukan tanpa alasan, lho. Banyak riset seputar pernikahan yang bilang bahwa masalah keuangan adalah yang paling sering memicu konflik.yeah that's right
dalam mengelolah keuangan dalam rumah tangga kita harus saling terbuka,berapa gaji masing-masing, apa saja yang dibelanjakan serta harganya jadi pasangan perlu juga sharing tentang bagaimana mereka menggunakan uangnya. Misal, bila selama ini calon suami tidak tahu kalau sepatu yang kamu kenakan mencapai harga Rp1 juta, ini momen untuk meminta penilaiannya. dan harus saling tau apa saja hutang atau yang dikredit.
2. “Bagaimana pembagian kerja setelah menikah?”
Ini adalah pertanyaan yang akan mengungkap preferensi pasangan tentang gender role. Jika di kamu memiliki keinginan tertentu, misal tetap bekerja setelah menikah atau sebaliknya resign setelah menikah, sebaiknya sampaikan sejak awal. Cari tahu juga bagaimana harapannya tentang hal ini.
Apakah calon suami kamu menginginkan istri yang mendedikasikan seluruh waktunya untuk keluarga atau justru suami menginginkan kamu tetap memiliki kegiatan baik bekerja kantoran ataupun berbisnis?
Sebaliknya, tanyakan juga apakah calon suamimu tak keberatan bila harus bergantian mencuci dan mengganti popok anak, memasak, bahkan belanja bulanan? Intinya, diskusikan bagaimana kelak pembagian tugas di rumah akan dijalankan.
3. “Apa target keluarga kita dalam 2 tahun ke depan?”
Topik ini penting didiskusikan sebelum menikah untuk menyamakan harapan dan tujuan kalian tentang pernikahan. Apa saja target yang akan dicapai dalam 2 tahun pernikahan?
Untuk permulaan, kamu bisa bertanya mengenai kapan keinginan calon suami untuk memiliki anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.
Diskusikan juga mengenai tempat tinggal, apakah setelah menikah akan mengontrak, sudah ada rumah, atau tinggal bersama orangtua? Kalau belum ada rumah, apakah hingga 2 tahun ke depan kalian memasang target memiliki rumah sendiri meski mencicil dan kendaraan?
Tanyakan juga mengenai karier. Apakah ada target tertentu misal pindah kerja ke tempat yang tak pernah lembur (mengingat nanti tentu membutuhkan waktu untuk mengurus anak), lebih dekat dari rumah, atau ada target untuk mendapat promosi?
4. Bagaimana kondisi keluarga besarmu?
Bukan untuk mengorek hal-hal negatif, tapi ada kemungkinan kebiasaan di keluarga bisa terbawa oleh pasangan saat sudah berumahtangga. Cara menyelesaikan masalah dalam keluarga, misalnya, bisa menjadi pola yang tanpa sadar dilakukan oleh pasangan.
Selain itu, ini juga penting sebagai bekal kamu agar tak salah paham ketika bertemu dengan keluarga besarnya.
Tanyakan tradisi atau kebiasaan yang dimiliki pasangan dan bagaimana relasi antar keluarga besar berjalan. Di momen ini, kamu juga bisa menanyakan bagaimana sebaiknya kamu bersikap di keluarga besarnya, apa hal-hal yang kamu rasa kurang sreg tentang keluarganya.
Misal, kamu keberatan ketika adik perempuannya sering meminjam barang tapi tidak dikembalikan atau ketika ibunya berkali-kali meminta kamu berdiet. Percayalah, ini penting dikomunikasikan juga, lho. Asal, kamu juga menerima kritikan pasangan tentang cara kamu memperlakukan keluarganya.
Kalau tidak terbuka, perasaan itu bisa kamu alami terus-menerus. Tentu dengan cara yang bijak dan tidak menyudutkan, ya.
5. Apa yang membuat kamu ingin menikahi saya?
Meski ini sering diungkapkan, coba untuk lebih menggali hal-hal yang spesifik. Jawaban, “Karena udah klik aja” atau “Karena kita punya tujuan yang sama” sebenarnya kurang spesifik.
Tujuan yang sama itu apa? Apa yang membuat klik? Sebaiknya, kita saling menggali apa sifat yang paling disukai dari pasangan, termasuk hal yang paling tidak disukai.
Misal kamu sangat mengapresiasi sikapnya yang selalu bisa meredakan emosimu, karena dia bisa diajak bertukar pikiran tentang apa saja, karena calon suamimu selalu bisa memiliki target dan berusaha mencapainya, dan hal-hal lain yang memang membuat kamu memilih dia.
Termasuk hal yang tidak disukai, seperti kalau dia terlalu sering bercanda bahkan ketika membicarakan hal serius atau ketika dia terlihat terlalu suka menunda-nunda pekerjaan.
Ini bisa menjadi bekal untuk menjalani rumah tangga, . Setidaknya, kita sama-sama merasa dihargai atas apa yang telah dilakukan, kamu dan pasangan juga jadi tahu apa saja yang bisa membuat kalian bertahan bila ada hal yang tak diharapkan terjadi di kemudian hari.
6. Prioritaskan pasangan
Pasangan dan pernikahanmu adalah prioritas utama.
Lindungilah mereka.
7. Tetapkan batasan
Kamu dan pasanganmu harus secara jelas memberikan batasan pada pernikahan kalian.
Ini berarti kalian memutuskan siapa dan kapan boleh mencampuri urusan kalian, serta dalam keadaan seperti apa.
Termasuk orangtuamu dan orangtuanya.
8. Sempatkan berlibur
Kamu dan pasanganmu harus menyusun rencana berlibur dan bagaimana kalian menghabiskan waktu saat acara-acara penting sebagai pasangan.
9. Menjadi tim
Pahami kamu tidak bisa merubah sikap keluargamu.
Buat respon yang jelas agar mereka mendukung pernikahanmu.
10. Berpikiran terbuka
Dengarkan pendapat pasangan terhadap keluargamu dengan perasaan dan pikiran yang terbuka.
Jangan secara otomatis membela keluargamu.
11. Beritahu sisi positif pasanganmu
Jelaskan pada keluargamu bagaimana kondisi pernikahanmu.
Pastikan kamu menjelaskan aspek positif dari kehidupan pernikahan yang kamu jalani.
Jangan mengkhianati kepercayaan pasangan dengan bercerita hal buruk pada keluargamu.
12. Jangan memaksa hubungan
Jika kamu tidak bisa mendamaikan pasangan dan keluargamu, berhentilah mencoba.
Jangan memaksa pasangan untuk tinggal bersama dengan keluargamu.
13. Jadilah 'polisi'
Kamu adalah juru bicara, juga polisi antara pasangan dan keluargamu.
Jangan tinggalkan pasanganmu sendirian untuk menyelesaikan masalahnya dengan keluargamu.

Sebaiknya, ini semua dibahas tuntas tanpa ada yang ditutup-tutupi,dan harus dilaksanakan Brides. Good luck!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Menerapkan Ergonomi Dalam Kehidupan,Jika Tidak Ingin Menyesal Lakukan ini!!

Rahasia Sukses Orang China lakukan 30 Motivasi ini, Wajib Harus di Terapkan dalam Kehidupan

Kenali Dulu Background "YAKADA 250 RF" Club Motor Millennial Resmi Terbesar Batam